Thursday, 31 May 2018

Football Manager : Players Roles


Strikers
False Nine / Striker
False Nine (F9), dalam sudut pandang yang berbeda, F9 akan terlihat lebih mirip dengan peran seorang Attacking Midfielder / Playmaker.
F9 adalah tipe Lone Striker yang tidak umum, atau Centre Forward yang posisinya lebih condong ke lapangan tengah. Tujuan utama F9 adalah menciptakan ruang di lini depan (yang berarti masalah di tim lawan), yaitu saat Bek tengah lawan terpancing mengikutinya – sehingga meninggalkan ruang di belakangnya sehingga bisa dieksplotasi oleh para pemain tengah, forward, atau wingers. Atau bila bek tengah lawan mengacuhkannya, hal tersebut hanya membuatnya mendapat waktu dan ruang  lebih. Dimana seorang F9 akan gunakan untuk mendribble bola atau memberi umpan.
Defensive Forward / Striker
Defensife Forward (DF) saat ini menjadi makin penting dalam permainan.
Tugas utamanya adalah memberi tekanan ke pertahanan lawan, mengejar lawan yang memegang bola, mengincar bola lebas dan umumnya menghentikan lawan untuk berlama lama menguasai bola. Dalam konteks enyerangan, seorang DF akan tetap bermain sesimple mungkin, dengan lebih condong mendorong pemain satu tim untuk maju daripada menciptakan peluang untuk dirinya sendiri.
Support Duty :
DF akan sedikit lebih turun dan memberi tekanan ke Defensive Midfielder lawan.
Complete Forward / Striker
Complete Forward (CF) memiliki semua kemampuan teknik dari seorang Deep Lying Forward, kemampuan mencetak goal seorang Poacher dan kekuatan seorang Target Man. (saya pribadi hanya mengingat satu nama untuk hal ini, Gabriel Batistuta ! mungkin hanya Didier Drogba yang paling mendekati hal ini. Bagaimana menurut mu ?)
Seorang CF mampu beradaptasi dengan ikut segala bentuk permainan dengan rekan-rekan setimnya, menciptakan peluang untuk dirinya dan berada sebagai ujung tombak serangan tim. Seorang CF tidak boleh dibatasi instruksi tim dan seharusnya dibiarkan untuk bertindak bebas dilapangan.
Support Duty :
CF akan mencari ruang untuk dimasuki, berlari di antara bek lawan, menembak dari jauh, bergerak ke sayap atau mendribble langsung ke tengah.
Attack Duty :
CF akan selalu berada di depan, ujung tombak serangan dan menyusun peluang untuk dirinya dan lainnya.
Poacher / Striker
Poacher akan selalu berada di dekat Defender terakhir lawan dengan tujuan mencuri kesempatan dengan mematahkan jebakan offside dan atau menerima umpan terobosan dari lapangan tengah.
Walaupun poacher selalu siap berlari melewati penjaganya, poacher juga harus siap untuk memberi umpan silang ketika dibutuhkan. Tujuan utamanya hanya satu, mencetak gol.
Seluruh perhatiannya hanya akan dicurahkan untuk dapat mencetak gol, sehingga dia akan jarang berkontribusi saat awal serangan dimulai. Poacher akan lebih condong untuk tetap bertahan berada di lapangan tengah dan depan untuk mencari kesempatan agar dapat masuk ke kotak lawan.








Target Man / Striker
Seorang Target Man dapat meningkatkan tim dengan kualitas rata-rata menjadi lebih baik dengan menggunakan kemampuan fisiknya semata, yang akan digunakan untuk merusak pertahanan lawan dan membuka ruang untuk striker pasangannya dan para pemain tengah.
TM biasanya lebih menggunakan kekuatan dan kemampuan udaranya untuk membawa teman setimnya ikut masuk ke permainan daripada bertumpu pada kemampuan teknisnya.
Support Duty :
TM akan menjadi papan pantul dan memainkan operan sederhana untuk membawa rekan-rekannya ke dalam permainan.
Attack Duty :
TM akan selalu berada di depan dan membuka ruang untuk rekan setim agar bisa maju.
Advanced Forward / Striker
Tugas utama AF adalah sebagai ujung tombak serangan tim, Ya hanya itu, tetapi tidak sembarang tombak, karena harus bisa menjadi tombak paling mematikan.
Attack duty
Tugas utamanya adalah sebagai titik penting dalam serangan sehingga dibutuhkan dalam mencetak goal dan juga menciptakan kesempatan.
Peran sekundernya adalah untuk memburu bola lepas dan menghalau di area lawan, memenangkan posesi dan setelah dapat, langsung mengirimkan umpan kepada rekannya.
Jadi AF juga dituntut dapat berperan sebagai pertahanan awal tim saat bertahan yang tujuannya merebut bola dan menciptakan peluang penyerangan secepatnya.
Deep Lying Forward / Striker
Tugas utamanya adalah turun langsung ke setiap celah yang ada dan menahan bola sebelum mengirimkannya ke teman satu tim atau mengirim bola kembali ke pemain tengah atau mengirim umpan melebar ke sayap, atau (lagi) jika waktunya tepat, langsung mengirimkannya ke penyerang.
Support Duty :
DLF akan lebih fokus untuk membawa rekan rekannya masuk dalam permainan sebelum ikut menyerang area lawan dari bawah.
Attack Duty :
DLF akan mencari kesempatan untuk dirinya sendiri sambil mengajak rekan rekan turut serta.










Wide Players
Inverted Wing Back / Wide Players
Inverted Wing Back (IWB) akan berfungsi di pertahanan selayaknya Ful back atau Wing Back standar. Akan tetapi, IWB akan memberi warna melebar dalam serangan tim, IWB akan menusuk ke dalam dan membawa bola melalui tengah lapangan, menciptakan ruan kepada pemain disekitarnya
Bertindak utamnya sebagai pemain tengah saat menyerang, Peran ini secara umumnya tidak secara khusus digunakan untuk mendukung permainan melebar dari advanced wingers.
Wide Playmaker / Wide Players
Wide Playmaker akan bertindak sebagai sumber utama tim kreativitas, Berpindah pindah posisi dalam untuk menemukan ruang untuk melepaskan umpan terobosan dan menciptakan peluang. Datang dari sayap memungkinkan Wide Playmaker untuk menghindari keramaian dan hiruk pikuk lini tengah dan dapat mengakibatkan dia tidak terjaga oleh pemain lawan.
Wide Playmaker yang bermain lebih bertahan akan mengambil posisinya di area sayap untuk dapat memberikan support kepada full-back-nya; Namun, Wide Playmaker tidak diharapkan untuk membuat banyak Tackling melainkan hanya harus mengambil posisi di area garis pertahanan.
Raumdeuter / Wide Players
Raumdeuter secara harafiah dari bahasa Jerman bearti “penyelidik ruang”. Tugas utamanya adalah mencari kantong celah di setiap ruang yang ada. Secara garis besar bertindak sebagai Poacher di sisi melebar. Dia akan mengambil posisi dimana terlihat tidak membahayakan, menunggu kesempatan untuk menusuk garis pertahanan lawan untuk menembak atau melepaskan umpan silang.
Raumdeuter hanya mempunyai Role Attack
Raumdeuter akan memberikan kesulitan kepada bek karena dia akan sering sekali berpindah posisi awal untuk mencari kesempatan untuk mengekploitasi ruang. hal ini bisa berakibat pada suatu waktu, raumdeuter akan tidak memperhatikan tugas bertahannya, sehingga diperlukan pendukung yang layak dan tim dengan bentuk yang kuat sehingga bisa mengoptimalkan kemampuan serang raaumdeuter.
Wide Target man / Wide Players
Wide Target man (WTM) akan menjadi sasaran utama bola-bola halauan atau long ball dari belakang. Idealnya ditempatkan melawan full back yang lebih pendek dan lebih lemah darinya, sehingga WTM akan mudah menahan bola sebelum mendistribusikannya ke rekan-rekannya
Support Duty :
WTM paling baik digunakan untuk mengalokasikan Target Man yang tinggi dan kuat untuk “menindas” Full back lawan yang lebih kecil darinya, memberikan keleluasaan dan kesempatan ke pemain tengah yang maju.
Attack Duty :
WTM akan menjadi titik penting dari hampir semua serangan tim. Idealnya digunakan melawan full back yang lebih lemah, sehingga dapat dengan mudah menerima bola didepan dan menancapkan pengaruhnya sehingga dapat membawa pemain ikut maju ke depan.
Inside Forward / Wide Players
Inside Forward akan menusuk ke dalam melalui sayap dan berlari langsung ke tengah pertahanan lawan. Inside Forward akan meneluarkan kemampuan terbaiknya bila berada di posisi kebalikan dengan kaki dominannya. (Pemain kidal, tempatkan di sayap kanan, dan sebaiknya)
Pergerakan Inside Forward akan membuka ruang bagi Full Backs untuk ikut maju sehingga akan menekan penuh bek lawan. Akan tetapi  in tentu akan menjadi pedang bermata dua karena dapat menyebabkan tim berada di posisi bahaya bila kehilangan bola dan diserang fast counter lawan.
Support Duty :
Inside Forward akan memotong diagonal ke ruang di belakang bek lawan dan memainkan umpan terobosan atau mengambil tembakan jarak jauh jika ada kesempatan.
Attack Duty :
Inside Forward akan berlari langsung ke pertahanan lawan dengan pilihan tembak langsung, umpan atau crossing saat dia berada di sepertiga lapangan ke atas.

Defensive Winger / Wide Players
Tugas utama Defensive Wingers (DW) adalah menekan full back lawan, memenangkan posesi bola yang berada di sayap atas dengan menahan bola atau maju ke sayap dan langsung melepaskan umpan silang cepat atau umpan terobosan ke para penyerang.
Support Duty :
DW tugasnya merebut bola, maju ke atas dan secepatnya memberikan umpan silang.
Defend Duty :
DW selalu standby di areanya, akan merebut bola yang masuk dan bila dapat, akan lebih suka menahan bola untuk memberikan bola ke belakang atau pemain tengah.
Winger / Wide Players
Winger akan selalu berusaha mengalahkan setiap lawan yang memasuki wilayahnya di sayap, dan tentu membutuhkan teknik yang andal dan juga kecepatan untuk melakukannya.
Wingers akan selalu berada disisi garis ketika tim sedang menyerang, siap untuk masuk ke ruang dan menyerang dari sisi.
Support Duty :
Wingers akan selalu berusaha secepatnya melewati pemain lawan untuk memberikan crossing langsung.
Attack Duty :
Winger akan selalu berada di sisi pertahanan lawan, bertujuan untuk menciptakan kepanikan kawan sehingga bisa mendapatkan kesempatan untuk menembak langsung atau memberikan umpan atau crossing ke rekan.
Wide Midfielder / Wide Players
WIde Midfielders (WM) akan menjalankan peran untuk bertahan dan menyerang di bagian sayap, mendukung penyerang, pemain tengah, dan bek jika dibutuhkan.
Secara umum WM tidak memiliki akselarasi lari yang meledak-ledak atau kemampuan dribble yang mengagumkan seorang winger. WM akan bertumpu kepada kerjasama tim dan kerja kerasnya untuk ikutberpartisipasi dalam menyerang tanpa melupakan tanggung jawabnya di pertahanan.
Defend Duty :
WM akan selalu berada di belakang, dan melancarkan umpan silang dari tengah.
Support Duty :
WM akan selalu berada di belakang, dan bergerak memberikan umpan terobosan yang menyudut dari sisi sayap, tapi umpan silang pun akan dilakukan jika bisa.
Attack Duty :
WM akan selalu maju ke depan untuk melancarkan umpan silangnya.
Automatic Duty :
WM akan berganti peran antara Defend atau Attack mengikuti mentalitas tim yang dipasang.
Complete Wing Back / Wide Players
Complete Wing Back akan sangat suka menyerang, tapi tetap mampu untuk memenuhi kewajibannya untuk bertahan. Cenderung akan mempengaruhi permainan saat dia ikut menyerang.
Attack Duty :
CWB hanya mempunyai tugas untuk menyerang, akan selalu mengambil setiap kesempatan yang datang untuk ikut membantu penyerangan untuk mencetak gol, baik dari ikut memberi umpan, memancing bek lawan keluar, memberi umpan silang yang matang, atau menusuk masuk ke kotak lawan untuk mencetak gol. Tapi hal tersebut tidak membuat dia melupakan tugasnya untuk bertahan.
Limited Full Back / Wide Players
Limited Full Back (LFB) adalah pemain yang mengetahui kekuatan dan kelemahannya sehingga akan lebih fokus di pertahanan saja dan jarang jarang maju menyerang.

Wing Back / Wide Players
Wing Back (WB) biasanya dmainkan pada formasi tanpa winger, sehingga WB harus berperan dalam penyerangan dan pertahanan selayaknya seorang Wingers dan Full Back sekaligus.
Saat menyerang, dia harus siap untuk berlari kedepan dan melancarkan umpan-umpan silang, di lini tengah dia akan membantu untuk merebut penguasaan bosa dan di pertahanan akan selalu menempel lawan, menghalahi umpan silang, dan merebut bola dari lawan jika memungkinkan.
Defend Duty :
WB akan tetap berada di bawah, tetapi akan memberikan umpan silang jika ada ruang yang memungkinkan.
Support Duty :
WB akan membidik umpan terobosan dari sayap walau juga akan memberi umpan silang bila ada kesempatan.
Attack Duty :
WB akan selalu bergerak ke depan, melakukan overlap di sisi untuk memberi support serangan dari sayap, dan mencoba untuk memberi umpan silang sampai di garis depan.
Full Back / Wide Players
Full Back (FB) saat ini adalah pemain kunci di sepakbola modern. selain mempunyai tugas di pertahanan selayaknya Bek sayap tradisional, FB juga bertugas untuk maju kedepan sebagai support sayap dan membantu penyerangan.
Walaupun tugas utamanya adalah sebagai pemain bertahan, Seorang FB harus juga siap untuk maju kedepan saat tim membutuhkan tenaga eksta di sayap.
Defend Duty :
FB akan tetap berada di garis pertahanan, berada di penguasaan bola sederhana dengan memainkan umpan ke dalam atau ke pemain tengah.
Support Duty :
FB akan mensupport lini tengah dengan memberikan opsi melebar dan akan terus mencari kesempatan untuk dapat melontarkan umpan silang dan juga umpan terobosan saat ada kesempatan
Attack Duty :
FB akan menambah tugas bertahannya dengan selalu overlap ke tengah dan terus berusaha memberikan umpan silang ke tengah.
Automatic Duty :
FB akan secara otomatis berganti peran antara defend atau attack duty mengikuti mentalitas tim.











Central Midfielders
Mezzala / Central Midfielders
Mezzala adalah gabungan antara Central Midfielder dan Winger, antara wingback dan inside forward, jadi posisi mezzala akan menjaga disekitaran half-space, dengan tanggung jawab untuk bertahan yang lebih sedikit.
Mezzala bisa berperan sebagai Support dan Attack
Jika kamu menempatkan Mezzala di Duties : Attack, maka kamu akan sering menemukannya sebagai lapis kedua penyeranganmu, dimana akan siap menyambar bola muntahan untuk memulai serangan pase ke dua, atau langsung dibawa ke depan gawang lawan melalui dribble atau tembakan.
Jika kamu menempatkan Mezzala di Duties : Support, maka mezzala akan menempatkan dirinya lebih ke team player. Akan menyeimbangkan penyerangan dan pertahanan dari sisi half spaces sambil sekali kali melemparkan umpan berbahaya ke depan gawang lawan jika memungkinkan.
Carrilero / Central Midfielders
Carrilero menurut penulis adalah versi gado-gado dari defensive midfielder, box to box midfielder, dan roaming playmaker. Perbedaan kentara mungkin jika Box to Box Midfielder memiliki pergerakan lebih jauh, dari zona pemain bertahan ke pemain depan (depan ke belakang dan sebaliknya), maka pergerakan carrilero akan berkisar di garis tengah (sepanjang garis tengah)
Tugas utama dari Carrilero adalah mengontrol zona lapangan tengah, tidak hanya berperan dalam hal bertahan, tetapi juga dalam fase menyerang. Menghubungkan antara pemain tengah di bagian pertahanan, ke pemain tengah di bagian depan.
Role Carrilero hanya Support
Carrilero akan cocok dimainkan ke formasi tipe diamond dengan 2 gelandang tengah tiper bertahan. Karena pergerakannya, Selain fisik yang kuat, pemain dengan tipe carrilero harus memiliki wawasan positioning yang baik pula.
Roaming Playmaker / Central Midfielders
Roaming Playmaker adalah jantung dari tim, dia akan menggerakkan permaina untuk menyerang seperti tombak atau mundur kebelakang untuk menutupi pertahanan. Selalu memberikan pilihan operan untuk rekan tinya. Roaming Playaker harus mempunyai attribut fisik yang tinggi sebagaimana kemampuan attribut yang mumpuni untuk menasbihkan perannya di permainan.
Roaming Playmaker hanya punya role Support
Roaming Playmaker akan mencari bola sampai ke bawah dan membawa bola sampai kedepan tergantung kepentingannya, sambil tetap menjaga flow permainan. Roaming Playmaker akan sering sekali nongkrong di depan kotak penalti untuk memberi temabakan langsung atau memberikan umpan terobosan yang memberikan kesempatan mencetak goal.
Deep-Lying Playmaker / Central Midfielders
Deep Lying Playmaker (DLP) akan beroperasi di antara bek dan pemain tengah dan menargetkan untuk memulai serangan melaului umpan terukur ke pemain yang berada jauh di depan.
Walaupun berperan sebagai pemain kreatif utama, DLP harus juga kompeten di seni pertahanan.
Defend Duty :
DLP akan memberi porsi lebih untuk tanggung jawabnya di pertahanan dengan tetap berada di posisi depan bek dan akan jarang naik membantu penyerangan.
Support Duty :
DLP akan membawa bola dari pertahanan dan mencari kesempatan untuk melepaskan tembakan jarak jauh dan juga memberi pasokan umpan terobosan ke pemain depan.





Defensive Midfielder / Central Midfielders
Defensive Midfielder (DM) bertugas untuk melindungi pertahanan dari penyerang lawan dengan cara secepatnya menempel dan memberi dukungan ke pemain kreatif saat dalam posesi.
Tugas kunci seorang DM adalah menahan bola di pertahanan dan penyerangan serta mengatus posesi dari belakang.
Defend Duty :
DM akan tetap berada di posisinya dan secepatnya memberikan posesi kembali ke timnya dari belakang.
Support Duty :
DM akan masuk ke wilayah pemain tengah dan memberi support ke penyerangan.
Ball-Winning Midfielder / Central Midfielders
Bermain di lapangan tengah, Ball-Winning Midfielder mempunyai fungsi utama untuk menekan lawan dan merebut bola
Bagaimanupun uga, dia akan membutuhkan kemampuan teknis untuk membantu tim mempertahankan posesi dan membuka kesempatan ke pemain penyerang.
Defend Duty :
BWM akan mencari bola untuk direbut dan langsung memberikannya ke pemain kreatif.
Support Duty :
BWM akan menargetkan untuk merebut bola bahkan di area lawan dan memberikan kesempatan counter seketika.
Anchor Man / Central Midfielders
Anchor Man, sering kali juga disebut sebagai “Tukang Angkut Air”, Anchor Man mempunyai tugas utama untuk tetap berada di posisi DM, memotong umpan lawan, memenangkan posisi, merebut bola dan memberikan operan sederhana ke playmaker.
Karena tugasnya adalah bertahan, Anchor Man tidak akan bergerak jauh dari posisinya bahkan saat menekan lawan maupun untuk mensupport pemain depan.
Half Back / Central Midfielders
Half Back akan mengambil peran di antara agresive sweeper dan seorang Defensive Midfielder. Dengan Half Back, Bek tengah akam sedikit maju dari posisinya dan Half Back akan lebih turun posisinya dari peran DM normal.
Half Back akan berusaha secepatnya memberikan posesi kembali ketika skema tim berbalik menjadi pertahanan.
Regista / Central Midfielders
Regista adalah tipe Deep Lying Playmaker yang agresif, cocok buat skema yang menekankan posesi bola untuk menekan lawan. Diberikan kebebasan untuk mendikte permainan dari belakang.
Regista akan memberikan kreatifitas yang dinamis dan tidak dapat ditebak dari belakang yang akan memberi tekanan ke lawan dengan terus menerus mencari kesempatan untuk memberi peluang mencetak gol kepada rekannya.
Central Midfielder / Central Midfielders
Central Midfielder (CM) mempunyai kemampuan teknis untuk bermain menyerang, support bahkan bertahan. mempunyai visi untuk mengarahkan permainan dan berpindah peran berkali kali.
Defend Duty :
CM akan selalu berada di belakang, di depan pertahanan dan memainkan peranan support sederhana untuk para pemain di depannya.
Support Duty :
CM akan tetap berada di area tengah, menjaga posisinya dan mengirim bola ke depan.
Attack Duty :
CM akan mencari kesempatan masuk ke kotak penalti lawan dan memberi support baik di sayap maupun tengah.

Box-to-box Midfielder
Box to Box Midfielder (BBM) adalah pemain dinamis yang akan selalu berkontribusi besar di pertahanan dan penyerangan.
Support Duty :
BBM akan mensupport penyerang, sering datang terakhir di kotak penalti lawan untuk memberi pilihan di umpan silang atau umpan tarik dan juga memberi ancaman dari jarak jauh.
Defend Duty :
di pertahanan, dia akan menempel ketat gelandang serang lawan dan membantu pertahanan.
Advanced Playmaker / Central Midfielders
Advanced Playmaker (AP) dapat bermain di tengah, gelandang serang atau posisi sayap.
AP akan mencari celah di antara pemain tengah dan dan bek lawan, membuat diriya bebas agar dapat diberikan operan oleh rekan setimnya dan merubah dari bertahan menjadi menyerang seketika.
Support Duty :
AP akan tetap berada di celah tersebut dan mencari kesempatan untuk dapat memberi operan ke pemain penukung dan penyerang.
Attack Duty :
AP kan mencari celah di batas bek lawan untuk terus merengsek maju, mencari kesempatan untuk melancarkan umpan silang atau terobosan saat dia maju ke depan ke sepertiga lapangan lawan.
Attacking Midfielder / Central Midfielders
Attacking Midfielder (AM) beroperasi di area yang lebih tinggi dari Pemain tengah umumnya. AM membutuhkan atribut yang bagus di technical dan mental, perannya adalah menciptakan peluang baik bagi dirinya sendiri maupun di rekan setim di sepertiga area lawan secepatnya sebelum Bek lawan datang.
Support Duty :
AM akan menbantu pertahanan dan cenderung lebih lambat masuk ke kotak area lawan.
Attack Duty :
AM akan mencari peluang untuk penyerangnya sembari ikut masuk di kotak lawan untuk membantu penyerangan.
Trequarista / Central Midfielders
Trequarista bisa beroperasi di area Attacking Midfielder atau Centre Forward.
Mirip dengan Advanced Playmaker, Trequarista akan mencari celah antara Pemain tengah dan bek lawan, Tidak akan ikut bertahan dan simply akan menjelajah mencari ruang saat team tidak memegang bola.
Pada kondisi tersebut, tim akan menutupi kekosongannya saat bertahan, tetapi akan mencari dia saat mulai menyerang.
Enganche / Central Midfielders
Enganche adalah creator utama tim, kait yang menyatukan lapangan tengah dan penyerang dan beroperasi di belakang striker. Bekerja sebagai playmaker yang akan tetap berada di areanya untuk menjadi pivot bagi timnya dimana rekan2nya akan bekerja di sekelilingnya.
Berbeda dengan Trequarista, Trequarista walau perannya sama, tetapi trequarista akan cenderung lebih menjelajah sekeliling dan mencari celah antara garis.







Central Defenders
Ball-playing Defender / Central Defenders
Tugas utama Ball-playing Defender (BPD) adalah untuk menghentikan lawan dan menyapu semua umpan terobosan
Tapi, tidak seperti Bek Tengah murni, BPD akan lebih banyak mengirimkan umpan terobosan dari baris pertahanan untuk menciptakan peluang counter-attack
Defend Duty :
BPD akan tetap berada di posisinya di baris pertahanan dan menghancurkan setiap penyerangan yang datang, menempel ketat lawan dan mencegah bola masuk ke area kotak penalti
Stopper Duty :
BPD akan lebih didorong ke atas dan menempel pemain sebelum mereka masuk ke areanya.
Cover Duty :
BPD akan berada lebih ke dalam dan menyapu semua umpan terobosan lawan.
Limited Defender / Central Defenders
Tugas utama Limited Defender (LD) adalah menghentikan striker lawan dari permainan dan menghalau bola apabila di perlukan.
LD akan mengincar merebut bola tanpa memberikan lawan tendangan bebas dan dan membawa ke atas untuk mengamankannya.
Defend Duty :
LD akan tetap berada di garis belakang pertahanan dan mencari cara untuk mematahkan serangan, menempel lawan dan mencegah bola masuk ke gawang.
Stopper Duty :
LD akan mendorong garis pertahanan lebih ke atas dan akan menempel ke setiap pemain yang masuk ke area mereka
Cover Duty :
LD akan berada lebih jatuh ke bawah dan menyapu umpan terobosan lawan.
Sweeper / Central Defenders
Sweeper berada di posisi yang sama dengan Libero, berada di belakang bek, untuk menyapu, memblok, memotong semua bola yang menuu ke gawang
Beda dengan libero, dia akan sangat sangat jarang, naik ke atas.
Libero / Central Defenders
Libero akan berada di belakang posisi bek, mengincar untuk menyapu semua umpan terobosan, dan menghalau, memotong, menangkis bola yang ke gawang.
Kebugaran di atas rata-rata dan mampu membaca permainan lawan membuatnya mampu menangkal kesalahan di pertahanan, mengambil bola lepas dari barisan belakang dan mengamankannya. bagaimanapun, dia akan juga bergerak ke depan untuk mendukung pemain tengah saat berada dalam posesi.
Support Duty :
Libero akan maju ke garis tengah ketika dalam posesi untuk memainkan umpan terobosan ke penyerang/
Attack Duty :
Libero akan jauh bergerak ke atas untuk menciptakan ancaman ke gawang lawan dari jarak jauh atau ikut dalam skema permainan rekannya.



Central Defender / Central Defenders
Tugas utama Central Defenders (CD) akan seperti tugas pemain bertahan lainnya. Menghentikan pemain lawan dan menghalau bola bila diperlukan. tetapi,
Terutama di taktik yang lebih menyerang, CD juga harus mempunyai kemampan teknis dan ketenangan untuk membantu tim mempertahankan posesi dan memberikan umpan sederhana ke pemain kreatif
Defend Duty :
CD akan tetap berada di posisinya di baris pertahanan dan menghancurkan setiap penyerangan yang datang, menempel ketat lawan dan mencegah bola masuk ke area kotak penalti
Stopper Duty :
CD akan lebih maju ke atas dan menempel pemain sebelum mereka masuk ke areanya.
Cover Duty :
CD akan berada lebih ke dalam dan menyapu semua umpan terobosan lawan.




Goalkeepers
Goalkeeper / Goalkeepers
Goalkeeper akan lebih fokus di permainan yang lebih sederhana dan bebas resiko, GK akan memberikan bola ke pemain yang bebas, jika tidak ada pemain bebas di dekatnya, GK akan memberi umpan panjang dan aman.
GK akan menyebarkan bola berbeda-beda sesuai strategi. Pada taktik yang lebih aman, GK akan memberi bola ke area yang lebih dalam untuk memulai passing dari bawah.
Sweeper Goalkeeper / Goalkeepers
Sweeper Keeper (SK) akan memainkan dua peran, sebagai GK biasa tetapi juga sebagai seorang Sweeper.
Sebagaimana dengan tugas standar seorang GK, dia akan juga melakukan sapuan ke bola yang masuk ke area kotak penalty dan menginisiasi counter attack dengan umpan terobosannya.
Defend Duty :
SK akan bermain lebih hati-hati, tapi akan tetap memainkan skema counter attack jika ada kesempatan.
Support Duty :
SK akan mencoba keluar dari kotak penalty untuk memainkan skema counter attack
Attack Duty :
SK akan bergerak cukup jauh dari kotak penalty dan akan lebih senang mendribble bola.



Monday, 2 October 2017

Carita Pantun SANG PRABU JAKA SUSURU


Carita pantun kaasup salah sahiji karya sastra Sunda buhun anu sok dipagelarkeun dina acara husus, upamana dina acara ngaruat imah, ngaruat lembur, atawa dina rengse panen, jeung sajaba ti eta. Magelarkeunna sok dipiring ku kacapi. Jalma anu magelarkeunna disebut juru pantun atawa tukang pantun sarta biasana tara ningali (lolong), tapi aya oge anu normal (bisa ningali). Kiwari mah geus langka anu magelarkeun carita pantun. Malahan mah juru pantunna geus langka deuih.
Samemeh ngalalakonkeun eusi carita pantun biasana dimimitian jeung ditutup ku macakeun rajah, nu sok disebut rajah bubuka jeung rajah panutup.



SANG PRABU JAKA SUSURU


Di Désa Sukaramé, Kacamatan Ciranjang,
kabawah ka Kabupatén Cianjur ayeuna,
aya lembur anu nelah Lembur Susuru,
lembur anu mibanda ajén carita,
nyaéta patilasan Sang Prabu Jaka Susuru,
sakumaha anu kaunggel,
dina carita anu dicaritakeun deui.

Kocapkeun di Nagara Pajajaran,
nagara anu subur mamur,
gemah ripah loh jinawi.
Ari anu jadi rajana harita,
Sang Prabu Siliwangi nu katujuh.
Raja anu adil tur wijaksana,
anu matak katurut ku abdi-abdina.

Kangjeng Raja kagungan putra pameget,
keur sumedeng rumaja putra,
belekesenteng buta tulang buta daging.
Ari rupina kasép taya babandinganana,
dedeg sampé rupa hadé,
dibarung ku hadé tata hadé basa.
Dupi kakasihna anu kaceluk,
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi.

Ari dina hiji poé Sang Raja magelaran,
dideuheusan ku patih, parabupati,
jeung paramantri ponggawa sakabéh.
Sami hémpak di paséban balé agung.
Sang Raja mundut tinimbangan,
réh putrana rék dijenengkeun bupati,
di hiji kabupaten anyar,
anu kudu diadegkeun ku sorangan.

Sang Raja mariksa anu sami hémpak,
“Kumaha sapuk atawa henteu?
Upama aya anu henteu sapuk,
mending caritakeun baé ayeuna,
urang badamikeun kumaha hadéna.”
Nu dipariksa ngawalon saur manuk,
yén ngiringan kana pangersa Sang Raja.
“Sukur ari kabéh geus sapuk mah.”

Pok Sang Raja ngalahir ka putrana,
“Éta kabupa¬tén anyar téh kudu di wétan.
Pék téangan tempat pinagaraeun
anu aya di Tatar Alas Pasagi Wétan.
Tempat anu kacida alusna
pikeun dijadikeun nagara anyar.
Jig geura indit ti nagara ayeuna kénéh,
meungpeung ninggang dina mangsa nu utama.”

Méméh angkat ngantunkeun nagara,
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi,
dipaparin jimat ku nu jadi ramana.
Nyaéta Makuta Siger Kancana
jeung Lawé Domas Kinasihan,
minangka tanda seuweu-siwi Siliwangi,
pencaran ti Nagara Pajajaran.

Sanggeus nyungkem ka kang rama,
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi,
nembé jengkar ti karaton,
di¬iring ku dua mantri kapetengan,
Sewana Giri jeung Sewana Guru,
nu baris ngaping ngajaring,
salami lumampah milari pinagaraeun
di Tatar Alas Pasagi Wétan.

Radén Anom angkatna badarat,
asruk-asrukan nyorang leuweung geledegan,
leuweung ganggong simagonggong,
leuweung luwang-liwung harieum geueumeun.
Ti poé ka poé lumampah taya reureuhna.
Dahar paké teu pati kapaliré,
saré ogé sakadar tamba palay.

Barang nepi ka hiji tempat,
reg tiluanana ngarandeg,
ngawas-ngawas patempatan.
Di dinya téh tanahna léndo,
caina curcor, kaayaanana hadé,
nu biasa disebut galudra ngupuk.
Cindekna pantes kacida pinagaraeun.

Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi,
énggal baé muja semedi,
nyu¬hunkeun pitulung Sang Hiang Otipati,
supaya éta tempat téh jadi nagara.
Panedana ditampi ku Nu Kawasa,
harita kénéh di dinya téh jleg baé jadi nagara.

Nagara teuing ku santosa,
bénténgna lima ngajegir,
hiji bénténg beusi, hiji bénténg waja,
hiji bénténg tambaga, hiji bénténg pérak,
hiji deui bénténg beusi purasani.
Karatonna ayana di tengah-tengah,
alus agréng sarta agem taya bangsana,
wantuning buatan Déwa.

Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi,
lajeng menekung deui ka Déwa,
nyuhunkeun pibaladeun: 8000 satria,
80.000 perjurit jeung 80 badéga
nu pinguruseun karaton.
Éta ogé tinekanan deui baé,
ku Déwa dilaksanakeun.

Dadak sakala nagara téh geus jadi ramé,
gegek cacah jiwana, dug-deg paimahanana.
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi
miwarang hiji utusan ngadeu¬heusan ka ramana,
unjuk uninga yén nagara parantos ngadeg,
sakalian nyuhunkeun pingaraneun éta nagara.

Gancangna carita baé,
Utusan geus balik deui ti Pajajaran,
nagara anu anyar diadegkeun téh
dipaparin ngaran ku Raja Pajajaran,
nyaéta Nagara Tanjung Singuru,
sarta rajana dipaparin jenengan
Sang Prabu Jaka Susuru.

Nagara Tanjung Singuru,
lami-lami janten nagara kerta raharja,
pangeusina beuki tambah gegek baé.
Tapi Sang Prabu Jaka Susuru,
ngarasa keueung cuang-cieung,
taya batur pakumaha dina sela-sela
ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara,
ku margi henteu kagungan praméswari.

Anjeunna nimbalan Mantri Sewana Guru
nga¬jugjug ka Nagara Bitungwulung,
réh aya selenting bawaning angin
yén Bupati Bitungwulung,
Pangéran Jungjang Buana,
kagungan putra istri dua.
Jenenganana Sekar Jayanti,
jeung adina Jayanti Kembang.

Sadatangna ka Bitungwulung,
Mantri Sewana Guru nepikeun maksudna,
ditampi ku Pangéran Jungjang Buana.
Ngan Ki Mantri teu werat salahsahijina,
lantaran putri duanana ogé gareulis,
geulis lain pupulasan sagala-galana,
surup pisan kana jadi praméswari.

Antukna baé éta putri téh dilamar duanana.
Ku ramana disanggakeun duanana.
Harita kénéh ogé dua putri dijajapkeun,
disarengan ku ramana diiring upacara.
Teras baé duanana diréndéngankeun
sareng Sang Prabu Jaka Susuru
di Nagara Tanjung Singuru.

Der baé atuh pesta ramé kacida,
tujuh poé tujuh peuting taya eureunna.
Tatabeuhan ngageder beurang-peuting.
Jalma daratang ti suklakna ti siklukna,
kabéh tamplok minuhan alun-alun,
némbongkeun kabungahna ka nu jadi raja,
yén ayeuna tos kagungan praméswari,
anu geulis kawanti-wanti, sadua-dua.

Sigeug heula anu keur oléng-pangan¬tén.
Kocap aya hiji raja di Gunung Gumuruh,
kakasihna Badak Tamela Sukla Panarak Jaya.
Éta raja di karatonna disarengan ku rai istri,
jenengan Ratna Kembang,
réh anjeunna teu acan kagungan garwa.
Lain teu niat lain teu hayang, cenah,
ngan nganti-nganti wanci nu mustari.

Ari éta Nagara Gunung Gumuruh,
pere¬nahna henteu jauh ti Tanjung Singuru.
Malah tepung wates jeung Tanjung Singuru.
Jadi waktu pésta réndéngan Sang Prabu Susuru,
karaméan nu sakitu matak geunjleungna,
hawar-hawar kadangueun ku Badak Tamela.
Katambah-tambah loba rahayat nagrina,
anu indit sirib ngadon lalajo karaméan pésta.

Nya tuluy mariksakeun ka raina,
“Nyai, di mana pésta anu kakuping téh?
Jeung méstakeun naon deuih?
Jigana henteu jauh ti nagara urang,
da loba rahayat urang anu ngadon lalajo.”
Ku Ratna Kembang di¬walon,
yén putra Bupati Bitungwulung duanana
diréndéngankeun ka Prabu Jaka Susuru,
péstana diayakeun di Tanjung Singuru.

Badak Tamela kacida ngarénjagna,
bendu munggah ngagugudug,
amarah munggah henteu kawadahan,
réh anjeunna aya manah ka éta dua putri,
dikemu ti baréto diceungceum ti baheula.
Ari ayeuna, geus meujeuhna manjing sawawa,
diiwat ku raja anyar tatanggana.
Duanana deuih, teu nyésakeun keur batur.

Badak Tamela ka luar ti karaton,
ngajugjug ka Tanjung Singuru
karepna gilig rék ngiwat putri nu dua.
Sajajalan anjeunna hulang-huleng,
néangan akal anu rikip tur lantip.
Barang geus manggih, nyéh seuri sorangan.
Raja anyar anu dianggapna cucungah,
baris meunang wawalesna anu satimpal.

Teu kungsi lila geus nepi baé ka nu dijugjug.
Ngajanteng sakeudeung hareupeun lawang jaga.
Mundut diunjukkeun ku nu ngajaga karaton,
tuluy Badak Tamela téh ngadeuheus
ka Prabu Jaka Susuru di srimanganti,
api-api nu rék ngabakti tawis katineung,
ka raja anu keur oléng pangantén.
Pok unjukan Badak Tamela unjukan,
“Nu mawi Kakang ngadeuheus téh
seja nyanggakeun tawis kagegelan,
nyaéta inten sagedé énéng.
Nanging aya hanjakalna saeutik.
Ku tina sakitu gedé¬na éta inten,
teu aya nu bisa ngajungjung-jungjungkeun acan.”

Sang Prabu Jaka Susuru katingal saregep,
kataji ku cariosan Badak Tamela.
Pok Badak Tamela sasuran deui.
“Rupina moal aya nu iasa nyandak éta inten,
anging Kang Rai Prabu Jaka Susuru,
anu kamashurkeun bedas tur sakti.
Dupi éta inten téh ayana di Kawas Domas.”

Prabu Jaka Susu¬ru téh percanten baé
kana sagala cariosan Badak Tamela téh.
Anjeunna geus teu kaampeuh,
palay geura ngéngingkeun éta inten.
Sanaos diwagel ku praméswari duanana,
anjeunna henteu ngagugu.
Pangrasana luhu élmu loba pangarti,
piraku henteu bisa kitu-kitu acan mah.

Teras baé anjeunna angkat ka Kawah Domas,
diiring ku Sewana Guru katut Sewana Giri.
Barang nepi ka biwir Kawas Domas,
tiluanana disuntrungkeun ku Badak Tamela,
gebrus baé kana kawah anu panas,
sarta tuluy éta kawah ditutup ku batu gedé.
Geus kitu Badak Tamela gura-giru balik deui,
muru ka Tanjung Singuru rék ngiwat putri.

Sekar Jayanti jeung Jayanti Kem¬bang
wantuning terusing kusumah,
duanana meunang wirasat goréng,
yén baris aya nu ngiwat.
Pikeun tanda yén satia ka carogé,
tuluy baé duanana ngalolos ti karaton,
mubus ka leuweung anu suni.
Nyaung-nyaung di tempat anu singkur.

Lami ti lami, dua putri téh kakandungan.
Barang nepi kana bulanna,
brol duanana babar patutur-tutur.
Putrana pameget kawas nu kem¬bar,
rupina kasép ngala ka ramana.
Murangkalih mulus banglus taya kuciwana.

Aya taunna éta dua pramés¬wari
hirup di leuweung katut dua putrana.
Pipindahan henteu netep di hiji tempat.
Lila-lila ka luar ti pileuweungan,
nya anjog ka Nagara Tanjung Sembara.
Din hiji mangsa, ngadeuheusan ka rajana,
nyarioskeun lalampahan ti awal nepi ka ahir.

Éta raja saé pisan pangangkenna
ka éta dua praméswari jeung putrana.
Dipernahkeun di karaton disaé-saé.
Ari jenengan nu jeneng raja di dinya,
nyaéta Prabu Gajah Kumarasakti.
Praméswarina kagungan dua,
Purba Déwata jeung Ratna Déwata.

Tina welasna ka Prabu Jaka Susuru,
énggal baé Gajah Kumarasakti mepek balad,
badé ngarurug Badak Tamela
nu harita ngajabel Nagara Tanjung Si¬nguru.
Sanggeus samakta prajurit katut pakarangna,
leugeudeut baé ti dayeuh Tanjung Sembara.
Ngajugjug ka Nagara Tanjung Singuru.

Badak Tamela geus tata-tata,
metakeun panganggo jeung pakarangna,
karepna rék némbongkeun kasakténna.
Badak Tamela kaluar ti karaton,
tuluy baé mapag musuh lir banténg ngamuk.
Balad-balad Tanjung Sembara patinggolépak,
dicacar bolang ku Badak Tamela.

Ningali galagat kitu,
Gajah Kumarasakti maju ka kapalangan.
Der perang tanding kacida ragotna.
Lila-lila Badak Tamela kasoran,
éléh jajatén ku Gajah Kumarasakti.
Badak Tamela teu bisa nyanggapulia,
tungtungna karingkus ku Gajah Kumaraksti.

Badak Tamela anu geus éléh jajatén,
ménta ampun ka Prabu Gajah Ku¬marasakti.
“Ampun Sang Prabu, kula ménta dihampura,
ménta hirup jeung huripna.”
Prabu Gajah Kumarasakti nimbalan,
Gajah Tamela baris dipaparin ampun,
tapi Prabu Jaka Susuru jeung pangiringna,
kudu dikaluarkeun deui ti Kawah Domas.

Gura-giru Badak Tamela ka Kawah Domas.
Batu gedé anu nutupan éta kawah,
diangkat tuluy dialungkeun jauh pisan,
kawantu Badak Tamela tanagana bedas.
Énggalna Prabu Jaka Susuru.
kitu deui Sewana Giri jeung Sewana Guru,
dikaluarkeun ti jero Kawah Domas.

Badak Tamela nyuhunkeun ampun,
bari ngabaktikeun rayina téa,
anu geulis Ratna Kembang.
Pangbaktina ku Prabu Jaka Susuru ditampi,
sarta tuluy Badak Tamela dijenengkeun
jadi bupati di Gunung Gumuruh.
Anu kabawah ku Nagara Tanjung Singuru.

Sasumpingna ka dayeuh Tanjung Singuru,
Sang Prabu Jaka Susuru silihrangkul
sareng Prabu Gajah Kumarasakti
nawiskeun tumarima kana pitulungna.
Ger pésta, tujuh poé tujuh peuting.
Leuwih rongkah ti nu enggeus-enggeus.
Lantaran sasatna éta pésta,
dipiluan ku abdi-abdi ti tilu nagara.

Sang Prabu Jaka Susuru teras-tumeras
ngeréh Nagara Tanjung Singuru,
diaping ku tilu praméswari: Sekar Jayanti,
Jayanti Kembang, jeung Rat¬na Kembang.
Tambih-tambih suka manahna,
ku margi ayeuna tos kagungan dua putra.
Ceuk sakaol, Prabu Jaka Susuru téh,
patilasanana natrat di Lembur Susuru téa.

Terima kasih telah berkunjung di blog amatir saya ^_^ atas segala kekurangan ataupun ingin Wallpaper dan Cerita lainnya silahkan tulis di komentar.
Hatur Nuhun.

Sumber : Dongeng Uing

Carita Pantun CIUNG WANARA

Carita pantun kaasup salah sahiji karya sastra Sunda buhun anu sok dipagelarkeun dina acara husus, upamana dina acara ngaruat imah, ngaruat lembur, atawa dina rengse panen, jeung sajaba ti eta. Magelarkeunna sok dipiring ku kacapi. Jalma anu magelarkeunna disebut juru pantun atawa tukang pantun sarta biasana tara ningali (lolong), tapi aya oge anu normal (bisa ningali). Kiwari mah geus langka anu magelarkeun carita pantun. Malahan mah juru pantunna geus langka deuih.
Samemeh ngalalakonkeun eusi carita pantun biasana dimimitian jeung ditutup ku macakeun rajah, nu sok disebut rajah bubuka jeung rajah panutup.


CIUNG WANARA

Nagara Galih Pakuan kaceluk nagara ma’mur,
kawéntar murah sandang murah pangan.
Rajana anu wijaksana sarta adil palamarta,
kakasihna Sang Permana di Kusuma.
Kagungan dua praméswari,
anu sepuh jenengananaNaganingrum,
anu anom Déwi Pangrenyep jenenganana.

Hanjakal, Sang Raja teu acan kagungan putra,
sanaos teu kendat neneda ka Nu Kawasa.
nanging weléh teu acan dikabul baé.
Sakitu anjeunna kagungan praméswari dua,
ditambih ku pirang-pirang selir gareulis.
Ari ponggawa anu diasih ku Sang Raja,
nyaéta Mama Léngsér nu jadi sesepuh karaton,
jeung hiji mantri anu nelah Arya Kebonan,
kapetengan sareng kapercantenan Sang Raja.

Kacarita hiji poé Sang Pérmana di Kusuma,
nuju kulem dijagi ku paraselir katut parekan.
Sabot kitu torojol Mantri Arya Kebonan,
maksudna rék ngadeuheus ka Kangjeng Raja.
Ningali kaayaan Kangjeng Raja nuju kitu,
ngadeuheusna kandeg, pok baé humandeuar,
“Bener, ngeunah jadi ratu mah,
teu cara aing hirup téh taya kasenangan.
Matak naon, lamun aing jadi raja!”

Éta omongan kadangueun ku Kangjeng Raja;
anjeunna gugah bari nyaur Arya Kebonan.
Nu disaur teu aya pikir rangkepan,
gancang baé ngadeuheusan, cong nyembah,
gék diuk bari tungkul payu¬neun raja.
Dawuhan Raja, “Manéh téh hayang jeneng raja?”
Arya Kebonan ngarasa kagét jeung isin,
teu nyangka omongna kadangueun ku Sang Raja.
Batan bisa nga¬walon mah kalah tambah ngeluk.

Sang Raja ngadawuh deui,
“Omong manéh kadéngé kabéh ku kami.
Lamun enya manéh hayang jeneng raja,
sarta sanggup ngalaksanakeun papancénna,
ku kami rék dicoba. Ayeuna kami rék tapa.
Nagara Galih Pakuan saeusina,
ku kami rék dipasrahkeun.
Tapi inget kudu adil palamarta,
sarta manéh ulah ganggu ka praméswari.
Kumaha manéh sanggup?”

Arya Kebonan ngahuleng sajongjongan,
geus kitu cong nyembah, pok unjukan,
“Nun Gusti, bendu disuhun duka disangga,
abdi Gusti neda sih hapuntenna.
Upami abdi Gusti badé dijantenkeun wawakil Gusti,
kateda kasuhun pisan, ditampi ku asta kalih.”
“Sukur atuh ari sanggup mah,” dawuh Sang Raja,
“Sa¬lila kami tapa, manéh anu ngawakilan,
jeung ayeuna ngaran manéh dilandi,
Radén Galuh Barma Wijaya Kusuma.”

Sanggeus masrahkeun kalungguhanana,
Kangjeng Raja sidakep sinuku tunggal,
les leungit tanpa lebih ilang tanpa karana,
jadi pandita di Gunung Padang,
anu terasna katelah Ajar Sukaresi.
Tapi saurang ogé teu aya anu terang,
yén anjénna téh asal Ratu Galih Pakuan.
Ku margi dina waktu ngaleungitna tadi,
nu nyaho téh ngan duaan baé,
nyaéta Arya Kebonan jeung Mama Léngsér.

Raja anyar, Radén Galuh Barma Wijaya Kusuma,
ujug-ujug pudigdig rasa manéh jadi raja,
teras linggih dina korsi karajaan.
Pok nim¬balan ka Mama Léngsér,
“Hé Léngsér, manéh kudu nakol bendé,
uarkeun ka abdi-abdi yén Kangjeng Raja,
Sang Permana di Kusuma ayeuna anom deui,
nya kami buktina. Lamun manéh kumawani,
nyaritakeun kajadian nu saenyana,
ulah sambat kaniaya, tangtu ditugel jangga.”

Léngsér henteu ngeunah haténa,
tina urut batur sakulah-sakolih,
ayeuna kudu disembah-sembah,
turug-turug sakitu kumalungkungna.
Méméh indit manéhna nyembah,
tapi nyembahna ku suku lain ku leungeun.
“Hé Léngsér, naha nyembah ku suku ka Ratu?”
Walon Léngsér, “Ih, bawaning ku suka haté,
Raja Sepuh anom deui, tur kasép taya bandingna.”
Saur Raja, “Sukur atuh ari atoh mah.”

Gancangna carita, Léngsér nabeuh bendé,
bari awong-awongan di alun-alun,
nguarkeun ka sakabéh abdi-abdi,
yén Sang Raja ayeuna anom deui.
Teu kungsi lila éta béwara geus nerekab,
sumebar ka suklakna ka siklukna.
Abdi-abdi nagara Galih Pakuan percaya.
Wantuning Sang Permana di Kusuma téh,
kaceluk ratu sakti mandraguna.
Ari éta Raja Anyar beuki kumagungan baé.

Kocapkeun dina hiji poé,
dua praméswari ngadeuheusan Sang Raja,
nyarioskeun aranjeunna sami ngimpén,
karagragan bulan kana pangkonan,
tur geus ditorah ku Ajar Sukaresi,
duanana bakal karagungan putra.
Ngadangu piunjuk praméswari kitu,
Sang Raja ngaraos hélok,
tuluy aya karep hayang nyoba-nyoba,
kana wewesén jeung kasaktén Ajar Sukaresi.

Praméswari duanana didangdanan siga bobot,
anu saurang dipiwarang ngandung kawali,
anu saurang deui kedah ngandung bokor emas.
Ajar Sukaresi disaur ti Gunung Padang.
Barang jol ogé Ki Ajar, dipariksa ku Sang Raja.
Saurna, “Coba Ki Ajar sebutkeun,
ieu pawa¬rang nu dua bobot atawa henteu?”
Walon Ki Ajar, “Sumuhun bobot.”
“Ari budakna awéwé atawa lalaki?”
“Sumuhun, putrana téh pameget duanana ogé.”

Sang Raja bendu teu kira-kira.
Bokor jeung kawali dipiwarang ditémbongkeun,
maksudna ngabohongkeun kana piunjuk Ki Ajar.
Bokor emas disépak, ragrag di Pulo Sumatra.
Éta sasakalana nu matak di Sumatra loba emas.
Kawali ogé disépak, ragragna di lebah lembur,
anu nepi ka ayeuna nelah Kawali.
Sang Raja wuwuh benduna, énggal nyabut keris,
di¬tewekkeun ka Ki Ajar, tapi keris kalah ka ngeluk.

Ari Ki Ajar némbongkeun jajaténna,
lelembutanana medal tina ragana,
ragana kantun ngalumbuk tanpa daya.
Bawaning ku palay pupuasan,
ku Sang Raja layon Ki Ajar disépak,
ragragna di Gunung Padang,
salin jinis jadi oray nu nelah Nagawiru.

Kacatur dua praméswari tuluy ngandeg,
patuanganana beuki ageung-beuki ageung.
Sanggeus jangkep salapan bulan,
brol Déwi Pangrenyep babar,
putrana pameget, lucu jeung kasép.
Kakasihna ditelahkeun Aria Banga.
Harita kénéh ngayakeun pésta,
wiréh raraosan Sang Raja lir ka putra pituin,
malah terus digadangkeun mangku kaprabon.

Kira-kira heuleut sabulan,
Sang Raja nyumpingan Naga¬ninrum,
duméh anjeunna ngaraos hémeng,
aya nu bobot sapuluh bulan tacan brol.
Naganingrum kasondong keur nangis baé.
Ku Sang Raja diupahan dilelemu,
malah terus anjeunna ébog,
ébog dina pangkonan Naganingrum,
bari mundut dipundayan, nepi ka kulemna.

Teu kungsi lila Sang Raja ngoréjat gugah,
lantaran ngadangu soara tan katingalan,
pokna, “Hé Raja dolim!
Sampéan geus nyiksa Ki Ajar Sukaresi,
anu teu tuah teu dosa.
Ku sabab éta, tangtu sampéan di ahir
bakal meunang wawalesna.”
Sang Raja ngahuleng ngaraga meneng,
ngémutan cariosan soara tan katingalan.

Awitna Sang Raja nyangka,
yén Naganingrum anu sasauran,
tapi tétéla piunjuk Naganingrum,
yén sora téh jolna tina patuanganana.
Wuwuh hémeng manah Sang Raja.
¬Mariksakeun bongbolongan ka ahli nujum.
Nu dipariksa ngawangsul,
yén Naganingrum putrana sangar,
engkéna matak runtag ka nagara.

Harita kénéh Naganingrum ditundung,
sina ingkah ti jero karaton,
dititah matuh di hulu dayeuh.
Sanggeus kitu Déwi Pangrenyep disaur,
dijangjian ku Sang Raja,
lamun Naganingrum babar,
putrana kudu buru-buru dipalidkeun.

Kacaturkeun barang ngaraos rék babar,
Naganingrum miwarang néang paraji,
tapi unggal indung-beurang padasuwung,
lantaran geus dijangjian ku Déwi Pangrenyep,
kabéh kudu ingkah ulah araya di imah.
Api-api niat rék nulungan,
buru-buru Déwi Pangrenyep ka hulu dayeuh,
sumping ka nu rék babar.

Sasumpingna, énggal Naganingrum diurus,
cepilna duanana dicocokan ku kapas,
ari socana duanana dilampat ku malam,
jeung panangan duanana dibarogod.
Naganingrum kagét, pok sasauran,
“Naha Nyai mana kaniaya teuing.
Ieu Embok teu ngadéngé naon-naon
jeung teu ningal naon-naon.”
“Wayahna Embok,” walon Déwi Pangrenyep,
“Kitu kedahna anu rék babar mah.”

Gancangna carita baé,
Naganingrum geus brol babar,
putrana pameget mulus tur kacida kasépna.
Tali ari-arina diteukteuk ku Déwi Pangrenyep,
orokna diwadahan ku kan¬daga,
sarta diteundeunan endog hayam hiji.
Sanggeus di¬tutup rapet pisan,
kandaga téh dipalidkeun ka Citanduy.

Ari santenna ditenung jadi kirik,
sarta tuluy diun¬jukkeun ka Sang Raja,
yén Naganingrum putrana kirik.
Sang Raja kacida benduna,
miwarang Léngsér nelasan Naganingrum.
Tapi Léngsér panjang pikiran.
Naganingrum dipernahkeun di nu singkur,
didakukeun geus disébakeun ka duruwiksa.

Kocap deui kandaga anu dieusi orok,
ngang¬kleung di Walungan Citanduy;
beuki hilir beuki ka sisi baé,
lila-lila nyang¬sang di lebah badodon,
tataheunan Aki Balangantrang.
Ti peutingna Nini Balangantrang ngimpi,
ngimpi ngalahun bulan,
atuh Nini téh kacida atoheunana,
boga rasa bakal meunang bagja.

Gancangna baé Aki jeung Nini,
arindit naréang tataheunan.
Tapi barang ningal kandaga,
geus teu nolih kana badodon,
panyangkana éta kandaga dieusi dunyabrana.
Ari dibuka, sihoréng eusina orok lalaki.
Nini Balangantrang suka taya babandinganana,
wantuning hayang boga anak ti babaheula.
Rigidig baé kandaga téh dipanggul ku Aki,
dibawa nyingkur ka lembur Geger Sunten.

Murangkalih kacida morontodna,
yuswa tujuh poé geus kawas nu tujuh bulan,
yuswa tujuh bulan geus kawas nu tujuh tahun,
malah ahirna mah geus sawawa baé.
Ku Nini jeung Aki kacida dipikanyaahna.
Kawantu murangkalih taya kuciwana.
Keur kasép téh loba kabisana deuih,
kabisa nu geus nyampak ti barang lahir.
Tapi nepi ka harita mah éta murangkalih,
can dibéré ngaran ku Nini-Aki Balangantrang.

Dina hiji poé, murangkalih ngiring ka leuweung.
Ningali aya manuk aclog-aclogan dina tangkal.
“Aki, manuk naon éta téh ngaranna?”
“Éta téh manuk ciung,” walon Aki.
Teu kungsi lila, ningal sato gugurayangan.
“Ari itu, sato naon ngaranna, Ki?”
“Éta téh ngaranna wanara,” walon Aki.
“Kumaha Ki, mun ngaran kuring téh Ciung Wanara?”
“Atuh, kacida alusna éta ngaran téh,” ceuk Aki.
Ti harita, nelah baé ngaranna Ciung Wanara.

Dina hiji poé Ciung Wanara téh ngapung,
ti awang-¬awang ningali karaton Galih Pakuan.
Harita téh kabeneran Aria Banga nuju ameng,
diaping ku paraménak,
dipajengan ku pajeng bawat.
Ciung Wanara ngentab manahna,
ningali Aria Banga sakitu didama-dama¬na.
Ari salira anjeunna sakitu kasangsarana.
Salamina hirup di lembur singkur.

Sanggeus lungsur deui ka bumi,
jleg di hareupeun Aki Balangantrang,
Ciung Wanara téh sasauran,
yén hoyong kagungan hayam adu.
“Di dieu mah teu aya hayam adu.
Éta baé endog anu tina kandaga
candak ka Gunung Padang,
nyuhunkeun disileungleuman ku Nagawiru.”
Ciung Wanara henteu talangké,
harita gé biur baé nga¬pung ka Gunung Padang.

Sasumpingna ti Gunung Padang,
bari mawa hayam jago alus naker,
Ciung Wanara marik¬sakeun ibu rama.
Ciung Wanara teu percayaeun,
disebutkeun anak Nini-Aki Balangantrang téh.
Tungtung¬na Aki téh ménta témpo sapeuting,
susuganan aya bong¬bolongan ti Déwa.
Peutingna Aki Balangantrang ngimpi,
yén Ciung Wanara téh saenyana mah,
putra Sang Per¬mana di Kusuma ti Naganingrum.

“Lamun kitu,” saur Ciung Wanara téh,
“Kuring arék ka dayeuh Galih Pakuan,
rék ngadon ngadu hayam di ditu.
Ieu hayam urang adukeun jeung hayam raja.”
Aki jeung Nini Balangantrang ngahulag,
duanana embung ditinggalkeun.
Tapi tina bawaning keukeuh Ciung Wanara,
tungtungna téh dibralkeun baé.
Saméméh jung, dirangkulan ku Nini jeung Aki,
bari padangadoakeun sing lulus banglus.

Biur Ciung Wanara ngapung.
Di satengahing jalan salin rupa,
jadi budak hideung goréng patut jeung bu¬citreuk.
Hayamna ogé nya kitu deuih,
dijieun hayam turundul jaba tukung,
teu meueus-meueus acan jiga hayam adu.
Barang nepi ka sisi dayeuh,
Ciung Wanara nyirorot, jleg baé napak lemah.
Di karaton ditanya ku gulang-gulang,
saha ngaran, anak saha jeung urang mana.

Ciung Wanara ngawalon sangeunahna,
“Kaula téh anak Ema pamajikan Bapa.
Ari lembur anu dilingkung ku kikis,
nu imahna nyanghareupan buruan,
jeung ngagigirkeun pipir.
Perkara ditanya ngaran, kaula mah lain tikukur.”
Gulang-gulang kacida ambekeunana,
tuluy ngarontok ka budak hideung.
Les baé budak téh ngiles, teu kanyahoan losna.
Sihoréng ka alun-alun, jadi deui Ciung Wanara.

Diunjukkeun ka Sang Raja,
yén aya budak cucungah, kitu-kitu pandéna.
Sang Raja nimbalan Léngsér néangan éta budak.
Ari Léngsér geus terus rasa,
geus nyahoeun lain budak samanéa,
budak sotéh ngan warugana wungkul,
da ari batinna mah dununganana,
nyaéta Sang Permana di Kusuma.
Nurutkeun itunganana,
éta budak tangtu aya di alun-alun.

Ana béh téh henteu samar deui,
itungan Léngsér henteu nyalahan.
Gancangna Ciung Wanara dideuheuskeun ka Raja.
Dipariksa ku Sang Raja, ngajawab satarabasna,
kieu pokna, “Abdi Gusti Ciung Wanara,
anak Aki Bala¬ngantrang ti Geger Sunten.
Ka dieu téh réhna gaduh hayam aben rada anéh.
Indung hayam lamina ngendog sataun,
sayangna dina kandaga,
méméh megar palid heula.”

Saur Sang Raja, “Hayam kami mah si Jelug,
nyatuna gé sapoé satanggungan.
Hayam manéh geus tangtu éléh.
Naon ti manéh tumpanganana?”
Piunjuk Ciung Wanara,
“Saupami hayam abdi Gusti kawon,
abdi nyanggakeun pati hurip.
Sawangsulna upami kagungan Gusti anu kawon,
abdi Gusti nyuhunkeun nagara sabeulah,
katut karaton sapuratina.”

Sang Raja geus ngarasa ujub,
yén hayam Ciung Wanara nu bakal éléh.
Sabab Si Jelug can kungsi asor di pakalangan.
Sanggeus maitkeun jangji pasini,
prung baé ngadu hayam.
Ngan sageprakan pisan,
si Jelug geus paragat nyawana.
Ciung Wanara ngibing tatandang,
lir banténg néangan lawan.

Sang Raja nyaur, “Ka dieu Radén!
Ama arék papas¬rahan nagara.
Nagara Galih Pakuan dibagi dua.
Beulah kulon ba¬gian Ciung Wanara,
beulah wétan bagian Aria Banga.”
Aria Banga harita kénéh disaur.
Disaksian ku paramantri pong¬gawa,
dua putra lajeng diistrénan,
sami-sami kenging gelaran Sang Prabu.

Prabu Ciung Wanara geus madaleman,
sasarengan sareng ibuna, Naganingrum.
Hiji poé Ciung Wanara sasauran jeung Lengser,
nyarioskeun raja satru katut ibu kawalonna,
geus meujeuhna meunang hukuman.
Ku Léngsér geus dirujukan;
tuluy Ciung Wanara ngadamel panjara beusi.
Ari pan¬jarana geus anggeus,
diunjukkeun ka Sang Raja,
didakukeun cawis abdi-abdi nu jarahat.

Sang Raja taya kacuriga,
malah teras ningalian éta panjara,
diiring ku Déwi Pangrenyep.
Semu resep naringalianana téh,
nepi ka lalebet pisan naringalian jerona.
Geus kitu mah ku Ciung Wanara,
dipeundeutkeun panto panjara téh,
jeprét disosi sarta dibaguded ranté beusi.
Sang Raja jeung praméswari sasambat,
ku Ciung Wanara henteu ditolih.

Kacaturkeun Aria Banga,
sanggeus uninga yen ibu-ramana dipanjara,
énggal baé narajang Ciung Wanara,
der ga¬lungan padanémbongkeun kasaktén.
Perang tanding beurang-peuting,
taya nu éléh taya nu meunang.
Beuki lila beuki jauh ti nagara,
tungtungna jol baé nepi ka sisi walungan.

Aria Banga katéwak tuluy baé dibalangkeun,
ngalayang nepi ka peuntas ti wétan.
Kersaning Pangéran, Aria Banga dipaparinan émut.
Pokna, “Ayeuna mah urang eureunan mumusuhan,
pamali tarung jeung dulur, anggur urang pada-pada
ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara.
Kakang bagian ka wétan, adi bagian ka kulon.
Ieu walungan jadi watesna, urang telahkeun Cipamali,
sangkan jadi panginget-nginget keur urang,
pamali bengkah jeung dulur.”

Sanggeus kitu, Ciung Wanara mulang ka nagara.
Ari panjara, harita kénéh disépak katut eusina,
tuluy rag¬rag di palebah lembur,
anu nelah Kandangwesi tug nepi ka kiwari.
Dayeuh Galih Pakuan dipindahkeun ka béh kulon,
ditelahkeun Pakuan Pajajaran.
Ciung Wanara jumeneng raja bari diaping ku ibu,
lulus mulus teu aya cela cangcala.

Terima kasih telah berkunjung di blog amatir saya ^_^ atas segala kekurangan ataupun ingin Wallpaper dan Cerita lainnya silahkan tulis di komentar.
Hatur Nuhun.

Sumber : Dongeng Uing
(Catetan : Carita di luhur ku Sacadibrata dijudulan "Sasakala Cioamali")

Saturday, 30 September 2017

CARITA PANTUN "Lutung Kasarung"

Carita pantun kaasup salah sahiji karya sastra Sunda buhun anu sok dipagelarkeun dina acara husus, upamana dina acara ngaruat imah, ngaruat lembur, atawa dina rengse panen, jeung sajaba ti eta. Magelarkeunna sok dipiring ku kacapi. Jalma anu magelarkeunna disebut juru pantun atawa tukang pantun sarta biasana tara ningali (lolong), tapi aya oge anu normal (bisa ningali). Kiwari mah geus langka anu magelarkeun carita pantun. Malahan mah juru pantunna geus langka deuih.
Samemeh ngalalakonkeun eusi carita pantun biasana dimimitian jeung ditutup ku macakeun rajah, nu sok disebut rajah bubuka jeung rajah panutup.


Lutung Kasarung

Kacaturkeun aya hiji nagara,
Nagara Pasir Batang Anu Girang.
Nagara mahmur kerta raharja,
gemah ripah loh jinawi.
Rajana Prabu Ageung Tapa,
praméswarina anu geulis Nitisuari.
Geus lawas mangku kaprabon,
ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara,
kalawan adil tur wijaksana.

Kangjeng Raja kagungan putra tujuh,
putrana téh istri sadayana.
Anu cikal jenenganana Purbararang,
anu kadua Purbaéndah,
anu katilu Purbadéwata.
anu kaopat Purbakancana
anu kalima Purbamanik.
Nu pangais bungsu Purbaleuwih.
Ari bungsuna, Purbasari Ayu Wangi.

Kangjeng Raja geus lawas mangku kaprabon,
aya niat badé lirén tina kalungguhanana,
badé teras ngabagawan nyirnakeun pikir.
Lajeng badanten sareng praméswari,
ngabadantenkeun pigentoseunana,
jadi ratu di Nagara Pasirbatang Anu Girang.
Duanana sapuk milih pigentoseunana,
nyaéta si bungsu Purbasari Ayu Wangi.

Énjingna Kangjeng Raja ngayakeun kempelan.
Patih, paramantri, paraponggawa sami hadir.
Hémpak sadayana pangagung di Paséban Agung.
Rahayat karumpul ngariung di alun-alun.
Pok Kangjeng Raja sasauran, nyarioskeun niatna,
seja masrahkeun kaprabon lajeng ngabagawan.
Ari anu ditunjuk janten gegentosna,
nyaéta putri bungsu Purbasari Ayu Wangi.
Kangjeng Raja teras jengkar ti karaton.

Putrana anu cikal, Purbararang,
kacida ambekna pédah teu kapilih jadi ratu.
Boga rasa kalindih ku Purbasari.
Purbasari dicarékan béak beresih,
tuluy diboboréhan ku kéler nahun,
awak jeung beungeutna jadi lestreng.
Purbasari diusir ti karaton,
disingkurkeun ka Gunung Cupu,
dianteurkeun ku Paman Léngsér,
disina cicing di saung butut sisi lamping.

Kacaritakeun di Kahiyangan,
Guru Minda putra Sunda Ambu,
ngimpi patepung jeung putri geulis,
rupana sasemu jeung Sunan Ambu.
Jorojoy timbul rasa cintana ka éta putri,
kadudut kalbu kapentang asmara.
Waktu riungan di paséban Kahiyangan,
Guru Minda maling-maling neuteup Ibu,
anu sasemu jeung putri dina impianana.

Kalakuan Guru Minda dianggap salah.
Guru Minda dititah indit ti Kahiyangan,
sarta kudu ka Buana Pancatengah.
Di dinya Guru Minda baris patepung
jeung putri anu sasemu jeung Sunan Ambu.
Guru Minda dibéré baju lutung,
anu kudu dipaké di Buana Pancatengah.
Ceuk Sunan Ambu, éta téh mangrupa jalan
sangkan bisa papanggih jeung putri téa.

Guru Minda turun ti Kahiyangan,
nya anjog ka hiji leuweung geledegan,
leuweung anu aya di Buana Pancatengah.
Rap baju lutungna dipaké,
jleg baé minda rupa jadi lutung.
Lutung lain salutung-lutungna,
tapi lutung anu kasarung ku lampahna.
Nya disebut baé Lutung Kasarung.

Urang caturkeun deui Nagara Pasirbatang.
Purbararang anu ayeuna geus jeneng ratu,
gawéna ngan sukan-sukan jeung curak-curak.
Hiji mangsa, Ratu hayang daging lutung.
Tuluy ngajurungan Paman Léngsér,
nitah Aki Panyumpit ngala lutung.
Lutung kudu kabawa pasosoré poé éta,
lamun paménta Ratu teu kacumponan,
Aki Panyumpit baris ditugel jangga,
dihukum pati ku cara diteukteuk beuheung.

Henteu talangké, Paman Léngsér indit,
ngajugjug ka imah Aki Panyumpit.
Kasampak Aki jeung Nini Panyumpit,
keur araya di imahna, teu kamarana-mana.
Barabat atuh Paman Léngsér cacarita,
nyaritakeun pamundut Ratu Purbararang.
Pamundutna mah henteu sabaraha,
ngan teuing ku beurat hukumanana,
mun teu hasil baris ditugel jangga.
Ku Aki Panyumpit disanggupan.

Aki Panyumpit indit ka leuweung,
mawa sumpit jeung paserna,
nyoréndang koja si déngdék poé.
Datang ka leuweung, teuing ku anéh,
henteu manggih sasatoan hiji-hiji acan.
Taya banténg, uncal, atawa mencek,
malah taya landak-landak acan.
Lutung anu biasana patinggurayang,
harita mah teu kadéngé sora-sorana acan.

Aki Panyumpit geus pegat pangharepan,
mangkaning poé geus mimiti reupreupan.
Keur kitu, dina hiji tangkal anu gedé,
aya lutung keur diuk campego dina dahan.
Aki Panyumpit bungahna kaliwat saking.
Terus lutung disumpit, teu beunang.
Disumpit deui sababaraha kali,
lutung bisa pisan nyingcetkeun paserna.
Paser hiji gé taya nu ngagaris-garis acan.

Keur kitu, lutung téh ngomong,
“Oah, Aki Panyumpit, montong nyumpit!
Da kula mah moal kabur ieuh,
arék nurut kana sakahayang Aki!”
Aki Panyumpit kagét kabina-bina,
ngadéngé lutung bisa ngomong.
“Sukur, Utun, hayu atuh geura turun!”
Jrut lutung turun tina tangkal,
tuluy nyampeurkeun ka Aki Panyumpit.

Aki Panyumpit leumpang gagancangan,
sieun teu kaburu mawa lutung ka nagara.
Lutung ngiclik nuturkeun Aki Panyumpit.
Geus aya deui baé kajadian anu anéh.
Sasatoan anu tadi aruweuh, araya deui.
Aki Panyumpit kabéngbat ku moro.
Meunang uncal sapasang jeung mencek.
Diasupkeun kana koja si déngdék poé.
Lat poho kana dawuhan Ratu,
datang ka imah panonpoé geus surup.

Isukna lutung kakara dibawa ka karaton.
Aki Panyumpit sasadu ka Purbararang,
bari nyaritakeun lalakonna meunang lutung.
Aki Panyumpit dihampura ku Purbararang,
henteu tulus dihukum ditugel jangga,
sabab meunang lutung anu kacida gedéna.
Malah sabalikna tina sangkaan,
Aki Panyumpit dibéré rupa-rupa hadiah.
Dibéré kuda dawuk ruyung jeung rarahabna,
sarta dibéré batur lima kuren tamba keueung.

Geus datang kana mangsana dipeuncit,
lutung teuing ku giras, hésé ditéwakna.
Dikepung ku jalma pirang-pirang,
kalah luluncatan ngaruksak paparabotan.
Eusi karaton burak-barik burakrakan.
Lutung henteu jadi dipeuncitna.
Ti dinya Purbararang nitah Paman Léngsér,
nganteurkeun lutung ka Gunung Cupu,
keur pibatureun putri bungsu Purbasari.

Kocap lutung geus aya di Gunung Cupu,
ngabaturan Purbasari anu keur prihatin.
Lutung karunyaeun ningali kaayaan Purbasari.
Awak hideung, papakéan rudin rudag-radig.
Barangdahar sakapanggihna saaya-aya.
Reup peuting, saré dina palupuh sabébék.
Tapi sorotna béda, aya semu Sunan Ambu.
“Boa-boa ieu putri dina impian téh,
keur dipingit ditapakeun,” gerentes lutung.

Reup peuting, lutung mapatkeun sirep.
Lenggut Purbasari katarajang tunduh,
les baé kulem teuing ku tibra.
Lutung ngegédogkeun salira.
Jleg baé ngajanggélék jadi Guru Minda.
Biur ngapung, jog anjog ka Kahiyangan.
Wawartos ka Jeng Ibu Sunan Ambu,
palay misalin putri Purbasari.
Kapalayna ditedunan ku Sunan Ambu.
Biur ngapung, jleg ka urut tadi, jadi deui lutung.

Isuk-isuk Purbasari ngulisik, tuluy hudang.
Kagét liwat saking ningali kaayaan anu béda.
Saré dina katil emas, kasurna tujuh susun.
Kamarna dipapaés emas berlian patinggurilap.
Saung butut robah jadi istana murub mubyar.
Pok Purbasari nyarita ka lutung,
“Utun, urang aya di mana, kasasar ka mendi?”
“Teu ka mana teu ka mendi, ieu mah pisalin lutung,
ladang nyileuk sapeupeuting.”

Purbasari dititah mandi di tampian istana anyar.
Gejebur mandi, diruruan sakujur badan.
Baranyay cahayaan, katémbong deui geulisna.
Réngsé mandi, papakéanana ogé diganti,
ku baju beunang nyadiakeun parabujangga,
anu ditunda dina kandaga emas di balé kancana.
Barang rap, nu geulis wuwuh murub-mubyar.
Geulis kawanti-wanti, éndah kabina-bina.
Lutung ngalingling ngadeuleu maling.
“Geulis temen Putri Purbasari,
geulis tanding widadari, semuna ngala ka Ambu.”

Ibur salelembur, éar sajajagat,
Di lamping Gunung Cupu aya istana agréng,
cahayana ngempur munggah murub mubyar.
Ahirna kaémpér-émpér ka karaton.
Paman Léngsér diutus pikeun muguhkeun,
sanggeus balik deui ka karaton hariweusweus,
bébéja ka Purbararang yén éta téh istana Purbasari.
Purbararang datang bedangna, bijil sirikna.
Nyieun tarékah pikeun nganyenyeri Purbasari.

Purbasari dititah ngabendung walungan,
keur marak lebah Leuwi Baranangsiang.
Éta bendungan kudu anggeus sapeuting,
lamun teu cumpon Purbasari ditugel jangga.
Ngadéngé paréntah kitu, Purbasari bati sedih.
Datang peuting ngan ukur bisa gulang-guling.
Lutung metakeun sirepna, Purbasari saré tibra.
Lutung mujasmédi neneda ka Sunan Ambu,
ménta sangkan Leuwi Baranangsiang dibendung.

Isukna, isuk-isuk pisan sumebar béja,
yén Leuwi Baranangsiang geus dibendung.
Aya anu nepikeun éta béja ka karaton.
Teu kungsi lila ti harita,
Purbararang jeung adi-adina anu lima,
arindit rék marak ka Leuwi Baranangsiang.
Diiring ku méh sakabéh pangeusi karaton.
Ditéma ku pirang-pirang rahayat,
bari marawa pakakas pikeun marak.

Datang ka Leuwi Baranangsiang,
Léngsér nabeuh bendé tanda marak dimitian.
Brus atuh jelema kabéh ancrub ka leuwi.
Anu nyair, anu ngecrik, anu ngobéng ogé aya.
Laukna rupa-rupa jeung teuing ku loba.
Purbararang marak di nu caina linduk,
ngahaja milih tempat anu sakira loba laukan.
Ari Purbasari marak di girangeunana,
marak sorangan teu campur jeung nu lian.

Keur kitu lar aya nonoman kasép ngaliwat.
Ngakukeun ngaran Guriang Kawung Luwuk.
Padahal nu saéstuna éta nonoman téh
Guru Minda anu teu maké baju lutungna.
Purbararang bogoheun ka éta nonoman,
tapi ku Sang Guriang ditolak sapajodogan.
Malah terus nyampeurkeun ka Purbasari,
marak paduduaan bari suka bungah.
Lir nu ngahaja mapanas ka Purbararang.

Purbararang panas haténa liwat saking.
Tuluy nitah Purbasari diperih pati deui,
dititah ngala banténg lilin suku gading.
Mun teu bukti, ditugel jangga hukumanana.
Ngadéngé paménta anu sakitu banggana,
Purbasari ceurik asa diteungteuinganan.
Tapi teu burung indit ka leuweung,
sosoranganan néangan banténg lilin.
Banténg kapanggih ngadangong di sampalan,
Purbasari ngayekyek sieun nénjo banténg.

Keur kitu torojol aki-aki kundang iteuk.
Ngakukeun ngaran Ki Kuwu Heubeul Isuk.
Padahal saenyana Guru Minda anu nyamur.
Purbasari ménta tulung pikeun néwak banténg.
Banténg digupay ku Ki Kuwu Heubeul Isuk.
Banténg nyampeurkeun, brek depa hareupeunana.
Ki Kuwu ménta buuk Purbasari salambar,
terus ditalikeun kana janggot banténg lilin,
dipaké nungtun banténg minangka tambangna.

Banténg lilin ditungtun ku Purbasari,
nurut najan ditungtun ngan ku buuk salambar.
Banténg dibawa ka jero dayeuh nagara.
Jog ka alun-alun, banténg dicangcang di dinya.
Dina tangkal caringin kurung juru alun-alun.
Ti dinya Purbasari asup ka jero karaton,
bébéja ka Purbararang yén paméntana katedunan,
banténg lilin suku gading mata beureum,
ngadungkuk sagedé saung buruk.

Harita kénéh Purbararang indit ka alun-alun.
Barang bréh ningali banténg ngarasa hémeng.
Aya banténg teuing ku alus jeung gedé deuih.
Purbarang nyampeurkeun banténg lilin,
tapi banténg ujug-ujug lumpat ka karaton,
tuluy ngamuk nubrukan sagala barang.
Bereyek paraponggawa ngepung banténg.
Tibatan beunang kalah ka loba nu kaleyek.
Ti dinya banténg kabur asup ka leuweung.

Purbararang beuki ambek baé ka Purbasari.
Tuluy ngajak paalus-alus ngahuma.
Lamun Purbasari éléh, baris dihukum pati.
Purbararang ngahumana di tanah anu subur,
parabotna lengkep jeung binihna loba.
Ari Purbasari dititah ngahuma di tanah angar.
Parabotna ngan saukur kujang buntung,
ditambahan ku boboko buntung sahiji.
Harita kénéh ogé Purbararang ngeprik rayat,
pikeun kerja bakti ngamimitian ngahuma.

Purbasari kalah ka bingung leuwih ti misti.
Rék ngamimitian ngahuma, ti mana mimitina.
Purbasari geus pasrah, narima kana takdir.
Ari batur pakumahana ngan ukur lutung.
Lutung mapatkeun sirep, reup Purbasari saré.
Lutung morosotkeun baju lutungna,
janggélék jadi Guru Minda anu kasép.
Biur ngapung ngajugjug ka Kahiyangan,
ménta pitulung ka Sunan Ambu.
Paméntana ditedunan ku Sunan Ambu.

Isukna, der Purbasari ngamimitian ngahuma,
dibantuan ku parabujangga jeung pohaci.
Tanah anu tadina angar lantaran cadas ngampar,
dadak sakala robah jadi tanah anu léndo.
Binihna binih petingan beunang ti Kahiyangan.
Anu digarawé teuing ku gancang jeung tapis.
Huma anu sakitu legana téh bisa réngsé sapoé.
Paréna morontod sarta teu keuna ku hama.

Barang tepi kana waktuna saémbara,
anu dijadikeun patokanana téh hasilna.
Jaksa anu baris méré pangajén geus sayaga,
kitu deui sakumna rahayat nu rék nyaksian.
Beubeunangan ngahuma Purbararang,
henteu sabaraha lantaran loba nu hapa.
Ari beubeunangan ngahuma Purbasari,
ngahunyud jeung ranggeuyanana baleuneur.
“Purbasari anu unggul!” ceuk Jaksa.
Rayat surat ngageder tandaning panuju.

Éléh ngahuma, Purbararang beuki panasaran.
Terus ngajak pangeunah-ngeunah kaolahan.
Purbararang ngeprik sakabéh juru masak,
der ubyag marasak di dapur karaton.
Jelema pahibut di dapur tangka heurin usik.
Tapi leuwih loba anu rék ngadon ngasaan,
batan anu digawé nyieun kaolahanana.
Ari Purbasari masakna di istanana baé,
dibantuan ku Pohaci Wiru Mananggay.

Datang kana mangsana saémbara,
rupa-rupa kadaharan ngabarak di karaton.
Sawatara urang anu ditunjuk jadi jaksa,
mimiti ngasaan kaolahan beunang Purbararang.
Rupa-rupa koméntarna, tapi kabéh taya nu alus.
Ceuk ieu cawérang, ceuk itu kurang samara.
Ceuk itu kurang uyah, ceuk ieu asin teuing.
Ari kana kaolahan Purbasari, taya nyawad.
“Nagara kawon!” ceuk jaksa ngagorowok.
Rayat surak ambal-ambalan tandaning suka.

Purbararang kalah beuki malik teu suka,
tuluy ngajak paalus-alus samping beunang ninun.
Samping Purbararang beunang ninun taun-taun,
lobana tilu puluh teu kurang teu leuwih.
Samping beunang ninun Purbasari,
ngunung-ngunung lobana sawidak lima.
Jaksa mariksa samping nu disaémbarakeun.
Samping Purbasari leuwih panjang tur kerep.
“Sinjang Purbasari leuwih alus!” ceuk jaksa.
Rayat émprak patarik-tarik tandaning sapuk.

Dasar bedang henteu kapalang,
Purbararang ngajak paalus-alus awak.
Dua putri nangtung di papanggungan,
disaksian ku jaksa jeung sakumna rayat.
Jaksa kolot nyureng bari ngahuleng,
wuwuh bingung nangtukeun piunggulna.
“Geulis sarua geulisna, lenjang sarua lenjangna.
Tapi lamun diawas-awas, diilik-ilik masing telik,
Purbararang awakna rada bongkok méongeun!”
“Hurséééh, Purbasari unggul!” rahayat surak.

Purbararang ambekna lain kaulinan,
terus ngajak pakasép-kasép kabogoh.
Purbararang ngasongkeun kabogohna,
Indra Jaya satria kasép ngalémpéréng konéng.
Ari Purbasari ngan ukur bisa merebey mili.
Salila ieu batur keueungna ngan ukur lutung.
Éta anu ku Purbararang dianggap kabogohna.
Purbasari éléh, sakumna rayat milu nalangsa.
Purbasari geus pasrah rék ditugel jangga.
Logojo geus rék ngaheumbatkeun gobang.

Keur kitu, lutung ngagédogkeun awakna.
Porosot baju lutung ngalumbuk lebah sukuna.
Janggélék jadi Guru Minda ti Kahiyangan.
Kabéh anu nénjo colohok mata simeuteun.
Galécok ngomong jeung padabaturna.
Satria ti mana, lalaki ti mendi?
Kakasépanana teu nyésakeun keur batur!
Guru Minda ngakukeun kabogoh Purbasari,
henteu kudu dijaksaan deui, da kabéh geus tingali,
kasépna ngaleuwihan ka Indra Jaya.

Rayat anu keur carolohok gancang sarurak,
“Hurséééh, Purbasari unggul, Purbararang éléh!”
Minangka hadiahna, Purbasari ngadeg raja,
ari Purbararang kudu daék ditugel jangga.
Purbararang ceurik bari nyembah acong-congan.
“Adi, neda hirup,” Purbararang ngageuri.
Rahayat saalun-alun, ngageder patingjorowok.
“Hutang nyeri bayar nyeri, hutang lara bayar lara!”
Tapi, dasar Purbasari gedé hampura welas asih,
Purbararang dihampura, teu tulus dihukum pati.

Kilang kitu, ari dihampura pisan henteu,
sabab pagawéan goréng kudu baé aya wawalesna.
Purbararang dijadikeun purah ninun unggal poé,
Purbaéndah dijadikeun purah ngantéh,
Purbadéwata purah ngarumat seupaheun,
Purbakancana purah ngarumat goah jeung leuit,
Purbamanik ngejejeman urang dapur.
Ari Purbaleuwih, anu sok ngabéla Purbasari,
dikawinkeun ka Ki Bagus Lembu Halang,
nu jadi patih di Pasir Batang Anu Girang.

Di luar karaton, Indra Jaya ngamuk,
bari sosoak nangtang gelut ka Guru Minda.
Guru Minda nangtung, dihalangan ku Ki Patih.
Ki Bagus Lembu Halang maju ka pakalangan,
teu sakara-kara Indra Jaya taluk ku sageprakan.
Indra Jaya ménta hirup, basana rék kumawula.
Indra Jaya dihampura ku Ki Patih,
dijadikeun tukang ngarit jeung ngajaga kuda.
Ayeuna anu ngaheuyeuk Pasirbatang geus merenah,
kaprabon geus kacangking ku nu boga hakna.

Sumber:  Dongeng Uing

Terima kasih telah berkunjung di blog amatir saya ^_^ atas segala kekurangan ataupun ingin Wallpaper apapun silahkan tulis di komentar.

Hatur Nuhun.

Football Manager : Players Roles

Strikers False Nine / Striker False Nine (F9), dalam sudut pandang yang berbeda, F9 akan terlihat lebih mirip dengan peran seorang...